Malam itu Seorang sahabat bercerita tentang suatu hal yang  sepertinya begitu berat baginya untuk bisa  menerima keadaan yang sedang  dia alami. Kita sebut saja namanya Heri    (bukan nama sebenarnya),  Heri  adalah sahabat terdekat saya dan bahkan  hal sekecil apapun yang  dia alami selalu diceritakannya kepada saya sehingga   hubungan  kedekatan kami sudah seperti layaknya saudara. Saat ini Heri  dekat  dengan seorang wanita yang berada agak jauh dari kota dimana Heri   sekarang berada. Dulu Heri pernah tinggal di kota tersebut, tetapi  bencana alam yang hampir menguburnya itu membuat ia   mengalami trauma.  Peristiwa itu telah membuat Heri jadi  sangat-sangat kehilangan  keberanian untuk kembali menginjakkan kaki di  kota tersebut. Namun  semenjak berkenalan dengan sosok wanita impiannya,  Heri mulai  memberanikan diri dan bahkan traumanya pun sudah mulai  berangsur-angsur  pulih. Mungkin juga karna ada hal yang menguatkan dia  untuk berani  berkunjung lagi kesana.
Bermula pada malam itu, mereka  jalan-jalan keluar sambil mencari  apa yang bisa dijadikan pengganjal  perut yang mudah-mudahan bisa sebagai  pengganti makan malam. Siapa  mereka..? Mereka adalah Heri dan wanita  pujaannya bernama Tia (juga bukan nama sebenarnya).   Heri berasal  dari keluarga yang sederhana dan saat ini sudah  mempunyai penghasilan yang bisa dibilang masih pas-pasan. Setelah  mengitari pusat jajanan,  sambil mencari-cari apa kira-kira yang cocok  untuk dimakan malam itu,  ternyata Tia ingin makan gado-gado yang  katannya sangat enak... Ada  pedagang gado-gado disana yang  dulunya  sering juga Tia datangi sekedar untuk beli rujak.
Didasari rasa  ingin selalu bersama, Heri  pun menuju lokasi tersebut dan malam itu  mereka menikmati gado-gado yang  seperti kata Tia...  benar-benar lezat.  Tapi apakah Heri tidak sadar  akan akibat dari makanan yang  dimakannya..? "Sadar kok.. aku tahu kalau  kol dan rawit harus aku  hindari kalau masih sayang sama lambung" begitu  katanya. Memang  beberapa tahun belakangan ini  dia selalu berusaha  menghindari makanan  tersebut karna lambungnya sangat lemah semenjak penyakit magh  menyerangnya dan sebenarnya Tia pun tahu akan hal itu,  tapi mungkin  malam itu Tia lupa.
Sepulang dari sana Heri  sudah  mulai merasakan sesuatu yang aneh di bagian perut tapi dia tetap   berusaha menyembunyikan kesakitan agar Tia tidak mencemaskan   keadaannya. Sesampai dirumah, Perut Heri suah seperti tdak bersahabat  lagi dan kembali dia merasakan sakit yang selama ini berusaha ia  hindari. Sampai menjelang subuh dia masih  bolak-balik kekamar kecil dan  itu membuatnya tidak bisa beristirahat malam namun  alhamdulillah  setelah solat subuh dia bisa memejamkan matanya untuk beristirahat.
Pagi harinya kira-kira pukul 10  lewat, Heri terbangun dan sadar kalau hari ini Tia akan buka toko sendirian.  (Tia saat ini mengelola sebuah toko dan kebetulan  teman yang biasa  jaga toko tersebut lagi pulang kampung karena ada sesuatu hal yang harus  diselesaikannya).  Benar... pagi  itu di Hp Heri sudah ada sms  dari Tia yang mengabarkan akan ke toko pagi  ini sekitar  pukul 9 dan  itu pun  baru Heri ketahui disaat dia bangun karna semalam Heri tidak  mendapatkan jawaban  dari pertanyaannya perihal pukul berapa rencana Tia  untuk buka toko  besok  pagi. Dengan sangat tergesa-gesa Heri  beres-beres tanpa sempat setrika  baju yang  rencananya akan dipakai  hari ini agar Tia bisa melihat Heri  memakai baju pemberiannya. Namun  rencananya gagal karna setrikaan tidak  dia temukan, maklumlah... Heri  nginap dirumah kakaknya dan tidak begitu  tahu dimana keberadaan  setrikaan tersebut. Mungkin berada di dalam kamar yang  telah dikunci  karna seluruh penghuni rumah saat itu sudah keluar menjalani  aktifitas  masing-masing. Disaat Heri terjaga pagi itu, ia sudah  mengirimkan sms  permintaan maaf atas keterlambatannya bangun pagi  ini kepada Tia.  Berangkatlah dia dengan menempuh perjalanan yang tidak begitu jauh   dengan dua kali menaiki angkot danHeri tiba di toko Tia. Heri pun  membayangkan, bagaimanapun nanti sambutan Tia, ia akan dia terima.. "Tak  apa-apa lah..  toh ini salah aku juga"
Sepertinya Tia  juga sayang terhadap Heri,  buktinya pagi itu Heri disuguhi nasi goreng  yang tadi  sudah dibuatnya  dirumah  sebelum berangkat ke toko  lengkap  dengan telur dadar kesukaan Heri. Tak  lupa juga sebuah bungkusan berisi  lauk bikinan Tia untuk makan  siang Heri nantinya sepulang dari kota  ini. Namun sekarang bungkusan itu  bukan untuk Heri lagi... tapi kali  ini bungkusan itu untuk adiknya.." ga apa-apa lah.. mungkin Tia marah  padaku.. " pikirnya.
 Sekuat yang dia bisa,  akhirnya suguhan yang  Tia berikan tersebut bisa dia habiskan dengan waktu  hampir sejam  diselingi bolak-balik kekamar kecil walau keaadaan  sebenarnya perut  Heri masih belum bisa menerima asupan makanan karna  perih sisa semalam  belum juga reda.
Sampai menjelang  sore keadaan  tak  jauh berubah dan merekapun lebih banyak diam.. Tidak seperti   biasannya... Dan disaat Tia pengen dibelikan ikan untuk aquarium mininya   sebagai pengganti ikan yang belum lama ini mati, Heri membawa sepasang   ikan mas kuning hitam yang menurut dia itulah ikan terbagus yang  dijual  penjaja ikan dadakan di dekat TPU. Tia memang mempunyai sebuah   aquarium mini sebagai hiasan toko. Tia sangat menyukai ikan dan sering   juga  ikan itu diajak bicara diwaktu senggang seperti menurut pengakuan   Tia .  Seperti biasa, si-ikan  akan mendapatkan sebuah nama lucu. Namun  kali  ini namanya  sungguh aneh dan mungkin tidak seperti nama yang  lumrah kita dengar  "Si-pendusta dan si-pembohong". Nama yang unik..  namun bagi Heri nama  itu bukan hanya sekedar unik tapi juga seperti  hantaman benda besar yang  menimpa  dadanya.. "aku memang salah.. aku  lah yang salah..." begitu ujarnya  dalam hati. karna dia tahu itu bukan  nama sebenarnya yang Tia inginkan.  Demi sama-sama menjaga suasana,  masalah nama tidak menjadi bahasan Heri  disaat itu karna dia tidak  ingin memperkeruh keadaan. Namun walaupun  demikian, suasana tetap  dingin sampai Heri pamit pulang  untuk kembali kerumahnya dan kembali  menikmati malam dengan perh yang masih dideritanya.. Harapan untuk bisa  menikmati hari bersama  menjadi fakta berbalik yang harus diterimanya  karna tidak sesuai dengan  apa yang dia bayangkan..
Begitulah  sepenggal kisah sahabat ... dan saya ikut  merasakan apa yang dirasakan  sahabat saya ini karena saya tahu dia...  Untuk menjaga sebuah  perasaan, dia rela melakukan apa saja walaupun  keadaan itu akan  berakibat buruk padanya. Berusaha menerima keadaan  walau sekalipun hal  itu akan menyakitinya.
Sobat...sekiranya  pengalaman  yang akan mendewasakanmu, anggaplah semua ini suatu  pengajaran yang  sangat berharga. Tidak semua orang mengalami seperti apa  yang engkau  alami saat ini.  Ada saatnya kamu harus menyatakan sesuatu  walau hal  itu betentangan dengan keinginanmu.. Demi menjaga sebuah  hati, kamu  telah kesampingkan waktu yang tadinya sudah direncanakan untuk  menemui  ibumu. Kalau saja hari itu kamu pulang ke kampung, mungkin hal  ini  tidak akan kamu alami.... Allahualam. Ternyata keinginan yang kamu   tepis itu adalah suara bathin  ibumu yang mengabarkan kalau beliau dalam   keadaan sakit..
Sobat...  Rencanamu belum tentu sama dengan  kehendak Tuhan.. Kamu yang sabar ya...  Insyaallah kamu akan temukan apa  yang menjadi tujuan dan harapanmu..  amiiin