Selasa

(True Story) Sepenggal kisah sahabatku "Makna sebuah pengorbanan"

Malam itu Seorang sahabat bercerita tentang suatu hal yang sepertinya begitu berat baginya untuk bisa menerima keadaan yang sedang dia alami. Kita sebut saja namanya Heri (bukan nama sebenarnya), Heri adalah sahabat terdekat saya dan bahkan hal sekecil apapun yang dia alami selalu diceritakannya kepada saya sehingga hubungan kedekatan kami sudah seperti layaknya saudara. Saat ini Heri dekat dengan seorang wanita yang berada agak jauh dari kota dimana Heri sekarang berada. Dulu Heri pernah tinggal di kota tersebut, tetapi bencana alam yang hampir menguburnya itu membuat ia mengalami trauma. Peristiwa itu telah membuat Heri jadi sangat-sangat kehilangan keberanian untuk kembali menginjakkan kaki di kota tersebut. Namun semenjak berkenalan dengan sosok wanita impiannya, Heri mulai memberanikan diri dan bahkan traumanya pun sudah mulai berangsur-angsur pulih. Mungkin juga karna ada hal yang menguatkan dia untuk berani berkunjung lagi kesana.

Bermula pada malam itu, mereka jalan-jalan keluar sambil mencari apa yang bisa dijadikan pengganjal perut yang mudah-mudahan bisa sebagai pengganti makan malam. Siapa mereka..? Mereka adalah Heri dan wanita pujaannya bernama Tia (juga bukan nama sebenarnya). Heri berasal dari keluarga yang sederhana dan saat ini sudah mempunyai penghasilan yang bisa dibilang masih pas-pasan. Setelah mengitari pusat jajanan, sambil mencari-cari apa kira-kira yang cocok untuk dimakan malam itu, ternyata Tia ingin makan gado-gado yang katannya sangat enak... Ada pedagang gado-gado disana yang dulunya sering juga Tia datangi sekedar untuk beli rujak.

Didasari rasa ingin selalu bersama, Heri pun menuju lokasi tersebut dan malam itu mereka menikmati gado-gado yang seperti kata Tia... benar-benar lezat. Tapi apakah Heri tidak sadar akan akibat dari makanan yang dimakannya..? "Sadar kok.. aku tahu kalau kol dan rawit harus aku hindari kalau masih sayang sama lambung" begitu katanya. Memang beberapa tahun belakangan ini dia selalu berusaha menghindari makanan tersebut karna lambungnya sangat lemah semenjak penyakit magh menyerangnya dan sebenarnya Tia pun tahu akan hal itu, tapi mungkin malam itu Tia lupa.

Sepulang dari sana Heri sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh di bagian perut tapi dia tetap berusaha menyembunyikan kesakitan agar Tia tidak mencemaskan keadaannya. Sesampai dirumah, Perut Heri suah seperti tdak bersahabat lagi dan kembali dia merasakan sakit yang selama ini berusaha ia hindari. Sampai menjelang subuh dia masih bolak-balik kekamar kecil dan itu membuatnya tidak bisa beristirahat malam namun alhamdulillah setelah solat subuh dia bisa memejamkan matanya untuk beristirahat.

Pagi harinya kira-kira pukul 10 lewat, Heri terbangun dan sadar kalau hari ini Tia akan buka toko sendirian. (Tia saat ini mengelola sebuah toko dan kebetulan teman yang biasa jaga toko tersebut lagi pulang kampung karena ada sesuatu hal yang harus diselesaikannya). Benar... pagi itu di Hp Heri sudah ada sms dari Tia yang mengabarkan akan ke toko pagi ini sekitar pukul 9 dan itu pun baru Heri ketahui disaat dia bangun karna semalam Heri tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya perihal pukul berapa rencana Tia untuk buka toko besok pagi. Dengan sangat tergesa-gesa Heri beres-beres tanpa sempat setrika baju yang rencananya akan dipakai hari ini agar Tia bisa melihat Heri memakai baju pemberiannya. Namun rencananya gagal karna setrikaan tidak dia temukan, maklumlah... Heri nginap dirumah kakaknya dan tidak begitu tahu dimana keberadaan setrikaan tersebut. Mungkin berada di dalam kamar yang telah dikunci karna seluruh penghuni rumah saat itu sudah keluar menjalani aktifitas masing-masing. Disaat Heri terjaga pagi itu, ia sudah mengirimkan sms permintaan maaf atas keterlambatannya bangun pagi ini kepada Tia. Berangkatlah dia dengan menempuh perjalanan yang tidak begitu jauh dengan dua kali menaiki angkot danHeri tiba di toko Tia. Heri pun membayangkan, bagaimanapun nanti sambutan Tia, ia akan dia terima.. "Tak apa-apa lah.. toh ini salah aku juga"

Sepertinya Tia juga sayang terhadap Heri, buktinya pagi itu Heri disuguhi nasi goreng yang tadi sudah dibuatnya dirumah sebelum berangkat ke toko lengkap dengan telur dadar kesukaan Heri. Tak lupa juga sebuah bungkusan berisi lauk bikinan Tia untuk makan siang Heri nantinya sepulang dari kota ini. Namun sekarang bungkusan itu bukan untuk Heri lagi... tapi kali ini bungkusan itu untuk adiknya.." ga apa-apa lah.. mungkin Tia marah padaku.. " pikirnya.

Sekuat yang dia bisa, akhirnya suguhan yang Tia berikan tersebut bisa dia habiskan dengan waktu hampir sejam diselingi bolak-balik kekamar kecil walau keaadaan sebenarnya perut Heri masih belum bisa menerima asupan makanan karna perih sisa semalam belum juga reda.

Sampai menjelang sore keadaan tak jauh berubah dan merekapun lebih banyak diam.. Tidak seperti biasannya... Dan disaat Tia pengen dibelikan ikan untuk aquarium mininya sebagai pengganti ikan yang belum lama ini mati, Heri membawa sepasang ikan mas kuning hitam yang menurut dia itulah ikan terbagus yang dijual penjaja ikan dadakan di dekat TPU. Tia memang mempunyai sebuah aquarium mini sebagai hiasan toko. Tia sangat menyukai ikan dan sering juga ikan itu diajak bicara diwaktu senggang seperti menurut pengakuan Tia . Seperti biasa, si-ikan akan mendapatkan sebuah nama lucu. Namun kali ini namanya sungguh aneh dan mungkin tidak seperti nama yang lumrah kita dengar "Si-pendusta dan si-pembohong". Nama yang unik.. namun bagi Heri nama itu bukan hanya sekedar unik tapi juga seperti hantaman benda besar yang menimpa dadanya.. "aku memang salah.. aku lah yang salah..." begitu ujarnya dalam hati. karna dia tahu itu bukan nama sebenarnya yang Tia inginkan. Demi sama-sama menjaga suasana, masalah nama tidak menjadi bahasan Heri disaat itu karna dia tidak ingin memperkeruh keadaan. Namun walaupun demikian, suasana tetap dingin sampai Heri pamit pulang untuk kembali kerumahnya dan kembali menikmati malam dengan perh yang masih dideritanya.. Harapan untuk bisa menikmati hari bersama menjadi fakta berbalik yang harus diterimanya karna tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan..


Begitulah sepenggal kisah sahabat ... dan saya ikut merasakan apa yang dirasakan sahabat saya ini karena saya tahu dia... Untuk menjaga sebuah perasaan, dia rela melakukan apa saja walaupun keadaan itu akan berakibat buruk padanya. Berusaha menerima keadaan walau sekalipun hal itu akan menyakitinya.

Sobat...sekiranya pengalaman yang akan mendewasakanmu, anggaplah semua ini suatu pengajaran yang sangat berharga. Tidak semua orang mengalami seperti apa yang engkau alami saat ini. Ada saatnya kamu harus menyatakan sesuatu walau hal itu betentangan dengan keinginanmu.. Demi menjaga sebuah hati, kamu telah kesampingkan waktu yang tadinya sudah direncanakan untuk menemui ibumu. Kalau saja hari itu kamu pulang ke kampung, mungkin hal ini tidak akan kamu alami.... Allahualam. Ternyata keinginan yang kamu tepis itu adalah suara bathin ibumu yang mengabarkan kalau beliau dalam keadaan sakit..

Sobat... Rencanamu belum tentu sama dengan kehendak Tuhan.. Kamu yang sabar ya... Insyaallah kamu akan temukan apa yang menjadi tujuan dan harapanmu.. amiiin



Photoshop Smudge Painting

    ...